Minggu, 30 Juni 2013

Membuka Mata Hati Part 2

Baca dulu part 1 nya ini linknya "MEMBUKA MATA HATI PART 1"  
 Pemuda itu pun melihat sebuah koin yang berkilauan di bawahnya ternyata itu adalah sebuah berlian yang bernilai 2 miliar, ia pun menuju ke toko berlian dan menjualnya. 

Eits, jangan ketipu dulu, pemuda itu kan buta, masa bisa lihat ada berlian di bawahnya.hahahaha.
Ini cerita sebenarnya...

Hingga sampai disuatu perempatan jalan, ia ingin menyeberang, dengan cepat aku ingin membantunya, namun apa yang terjadi?. Ia dapat menyeberang sendiri dengan selamat. Menurutku dia memiliki sesuatu ilmu yang tinggi, sehingga dapat melihat walaupun tanpa menggunakan mata. Setelah sampai di tepi jalan, Rasyid pun masuk ke dalam sebuah restoran. Aku bertanya-tanya apa yang dilakukan oleh orang itu dalam restoran yang terbilang mewah itu. Tanpa berpikir panjang, aku langsung saja masuk ke dalam restoran itu. Aku pun duduk di tempat strategis yang dapat melihat seisi restoran secara jelas, namun aku tidak tahu keberadaan dari orang tersebut. Ia seperti hilang di telan restoran (eh salah di telan bumi maksudnya). Seorang pramusaji cantik pun menghampiriku, Ia menyapaku dengan lembutnya.
"Silahkan mas, mau pesan apa?", ucapnya.
"Boleh liat daftar menunya tante?", ucapku.
"Oh, silahkan mas!", balasnya.
BUSYET.................... harganya mahal, aku gak kepikiran, kentang yang potongannya hanya seperempat harganya bisa 100 ribu rupiah. Padahal kalau jajan mie ayam, itu sudah dapet 20 mangkok, plus bakso lagi. Teh hangat yang biasanya di warteg 1500 rupiah, disana 7 ribu rupiah, aku bingung yang bedain antara teh di warteg sama restoran itu apa ya?, rasanya sama, warnanya sama, kalo ditabungin malah dapat uang banyak. Persis seperti kata ayahku, kalau makan di restoran itu seperti makan uang. kenyang diperut tapi kurus di saku.hehehe
     Aku pun mencari alasan dengan cara pergi ke kamar mandi. Aku menyetel alarm hapeku agar nanti waktu duduk di kursi, aku berpura-pura ada yang meneleponku. (IDE YANG BAGUS BUKAN?). Setelah kembali dari kamar mandi, aku pun pergi menuju ke mejaku. Beberapa saat kemudian, hapeku pun berbunyi, rencanaku berhasil, aku mengangkat hape dan keluar dari restoran dengan berbicara sendiri dengan handphoneku seperti orang-orang penting lainnya. Karena tidak bisa menemukan Rasyid, aku pun kembali kerumahku dengan penasaran. Semoga aja saat aku pulang gak nabrak, biar gak jadi arwah penasaran...hehehe
     Rumahku tak begitu jauh dari restoran tadi, saat sampai di rumah, ibuku sudah menyapaku.
" Heh, kamu itu, kelayapan sampai jam 11 malam, mau jadi apa kamu ha?"
(Lebih tepatnya sih bukan menyapa, tapi diomelin)
Biar gak dimarahin terus, aku langsung pergi ke atas menuju ke kamarku, dan menyalakan radio keras-keras biar suara marah ibuku tidak terdengar.
(jangan di contoh ya, ibu kamu marah itu pasti ada alasannya kok, biar kamu gak mengulangi kesalahanmu lagi)

Sabtu, 29 Juni 2013

Membuka Mata Hati

   Aku adalah seorang mahasiswa jurusan sastra disebuah perguruan tinggi di bandung. Aku orangnya pemalas, makanya dari itu aku jarang menulis sesuatu, padahal aku berada di jurusan sastra yang harusnya rajin dalam menulis. Oh, iya perkenalkan namaku Chairil Anwar. Aku tahu orang tuaku memberi nama tersebut agar aku menjadi seorang sastrawan seperti Om Chairil Anwar. Aku suka menyebut seseorang yang tak kukenal dengan sebutan om dan tante agar terjalin keakraban. Aku memiliki keahlian dalam bidang mengarang, tetapi sayangnya aku malas dalam menulis. Jadi setiap aku menulis sebuah cerita pasti akan kandas di tengah jalan. Namun, di suatu hari aku menemukan lagi semangatku, ketika aku bertemu dengan seseorang yang memiliki sebuah rasa perjuangan yang tinggi. Tak kenal lelah dalam menghadapi kekurangan yang ia miliki. Hal ini memotivasiku untuk terus berjuang dalam menghadapi kemalasanku.

   Aku bertemu dengannya di sebuah perpustakaan kota, waktu itu aku pergi kesana karena dosenku memberi sebuah tugas untuk menulis sebuah resensi buku tebal yang harus memiliki tebal 10 cm. Dalam hatiku merasa jengkel dengan tugas itu, apalagi kalau membaca mataku suka ngantuk. Saat aku sudah menemukan buku tebal itu, aku pun langsung duduk di meja yang telah disediakan di perpustakaan itu tepatnya di tengah - tengah lokasi perpustakaan itu. 
       Di depanku ada seseorang pemuda yang membaca sebuah buku yang sangat tebal, dalam hati aku bicara, "orang ini pasti gemar membaca, sampai buku setebal itu ia baca dengan sungguh-sungguh. Namun, yang membuatku bingung adalah ia membaca dengan menggunakan kaca mata hitam, mungkin orang ini sedang terkena penyakit mata.Karena penasaran dengan apa yang dibaca oleh orang berkaca mata itu, aku pun berpura-pura lewat di belakangnya. Aku terkejut, ketika melihat dalam buku tersebut tidak ada tulisan sama sekali, hanya lembaran-lembaran kosong tanpa ada tinta yang menggoresnya. Aku pun mulai tahu, bahwa buku ini bertuliskan huruf braile yang dikhususkan bagi mereka yang memiliki kebutaan. Dalam hati, aku merasa iba terhadap keadaan pria itu. Namun, apa mau dikata takdir Tuhan telah berbicara. Aku pun berlanjut menuju ke tempat peminjaman buku, seperti biasa aku harus menunjukkan kartu keanggotaanku kepada Faris yang menjadi penjaga perpustakaan disana. Tiba-tiba orang buta itu lewat dibelakangku dan faris pun menyapanya, " Kak Rasyid udah selesai bacanya?"